Rabu, 28 September 2011

Potret Realita Kritik Sosial Terhadap Penguasa

Dalam Drama Ciut Pas Sesak Pas Karya Genthong HSa

Pendahuluan

Tampaknya tidak dapat kita pungkiri pernyataan dari Sapardi Djoko Damono yang menyatakan bahwa sastra itu diciptakan untuk dinikmati,dipahami,dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebab melalui karya sastra kita mendapatkan banyak manfaat. Kita dapat menggali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, karena karya sastra sanggup mencerminkan kondisi masyarakat,melihat,dan memahami sosiokultural masyarakat pada zaman dan tempat tertentu melalui uraian ataupun perilaku dari tokoh-tokoh dalam sastra itu.

Sastra, apapun bentuknya, tercipta karena adanya tanggapan cipta,rasa, dan karsa manusia terhadap realitas atau kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya, yang diamati dan hayati. Oleh karena itu, kita dapat memahami dan mempelajari berbagai persoalan kemasyarakatan yang terdapat di dalam karya sastra itu.

Dari uraian di atas, tidaklah salah jika dikatakan bahwa karya sastra dapat dijadikan sebagai sumber untuk menggali informasi tentang berbagai keadaan dan persoalan di seputar kehidupan manusia. Melalui latar, tempat, dan budaya yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Dalam drama yang berjudul Sesak Pas Ciut pas karya Genthong HSa ini mengangkat masalah sosial masyarakat kita, yaitu mengkritisi berbagai wacana sosial di Indonesia, seperti masalah penggusuran, penindasan, terror,budaya latah media, dan pembelokan sejarah. Ciut pas sesak pas merupakan juara ketiga sayembara penulisan naskah drama nasional yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2003 lalu.

Realita Kritik Sosial Terhadap Penguasa

Seseorang : sepat……

Sepatuku hilang….., ada yang mau memberi

Sepatu…?(CPSP,188)

Kritik sosial dalam drama Ciut pas sesak ini di awali dengan cerita orang bingung karena kehilangan sepatunya, itu merupakan kritik kepada Negara kita, Negara sering kehilangan dana publik trilyunan rupiah,tidak banyak pejabat yang binggung, karena mereka bisa mencari lagi dari keringat rakyat. Kita tidak bicara materinya atau sepatunya, yang menarik ketika kita membaca situasi dan kondisi sosial yang ada di sekitar kita,adalah Kita petani, buruh, wiraswasta, PKL, abang becak, asongan dll.

Seseorang :(MEMBACA) Hilang sudah....,lenyap

Sudah..., pupus sudah... segala harapan...

Siapa... di zaman ini..., mau memberi...., mau

Membuang..., memberikan obat duka...., ke

Mana akan kucari...., alas kaki...., sepatuku...(CPSP, 204)

Dari kutipan diatas, itu menggambarkan bahwa seringkali kita kehilangan pijakan dalam menata masa depan, hingga kita ada dalam kondisi yang terjebak untuk mengakui kita buruh,kita konsumen,kita lemah,kita wong cilik,kita masih berkembang, dan lain-lain. Mana yang namanya Kedaulatan Rakyat yang seringkali kita baca dan dengarkan sejak Sekolah Dasar hingga kehabisan sekolah. Jangankan kita, negara kita saja juga seringkali kehilangan pijakan dalam menata kehidupan negara dan bernegara. Jika bicara negara, apa bedanya negara dengan kita negara adalah kita, negara adalah kedaulatan kita, kedaulatan kita diinjak-injak oleh kita dan selain kita.

Akhirnya Kita juga kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah kita. Petani kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah disektor pertanian, kehutanan dan perkebunan, Pedagang Kaki Lima (PKL) kehilangan kemampuan untuk menyelesaian soal ekonomi dimana mereka beraktivitas, dan perempuan kehilangan kemampuan untuk menyesaikan soal identitas mereka. Kita sudah terlanjur menyerahkan sepenuhnya penyelesaian-penyelesaian masalah kepada negara atau justru negara yang telah mengambil kemampuan-kemampuan tersebut dari kita sehingga kita tidak memilikinya lagi, padahal negara juga kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah negara dan bernegara, apa jadinya?, bukannya masalah selesai, tapi justru bermunculan masalah-masalah baru yang membebani rakyat yang terlanjur bermasalah dan kehilangan kemampuannya menyelesaikan masalah.

Yang terjadi pada saat ini, antara lain adalah kita hilang ingatan pada saat ingatan itu dibutuhkan untuk menemukan cara-cara kita menyelesaikan masalah secara bersama-sama.

Seseorang :Setiap orang harus menulis proses berpikir kita selama ini, bagaimana kita memutuskan untuk hidup didalam gua ini, bagaimana kita memutuskan untuk mengikat kaki, serta bagaimana hidup sederhana kita jalani bersama, bagaimana kita bersedia mati untuk mempertahankan milik kita yang terakhir, hak mendirikan karton di dalam gua kita (CPSP, 260)

Dari kutipan tersebut kita diajak berfikir,Apa kemudian yang bisa kita harapkan, ketika kita bersepakatan untuk mengikatkan diri dalam satu ikatan sosial-politik yang namanya negara, dan kemudian menyerahkan pengurusannya kepada yang namanya pemerintah ?. ’pekerja publik’ tidak jauh beda dengan ’pengusaha yang asal untung’. Malu …. malu … memalukan.

Seseorang :Memang benar, yang seharusnya malu tentu pemerintah kita…. Sedemikian besar dan kuat, serta pernah sedemikian menakutkan, tetapi, tidak menakutkan siapa-siapa, selain menakutkan bagi rakyatnya sendiri. Pencoleng dan bandit justru mendapat angin untuk bekerjasama dengan penguasa… celakanya, ketika rakyatnya digusur dan diusir sehingga berkeliaran bagai gelandangan dijalan-jalan, pemerintah tak mampu melindungi dan menolong rakyatnya. Betapa malunya pemerintah semacam ini…(CPSP, 274)

Dari kutipan tersebut, sangat jelas sebuah kritik terhadap pemerintahan (negara). dan Orang-orang yang terpinggirkan dan tertindas, digambarkan dengan posisi jogkok dan kaki yang terikat, tentang sejarah mereka yang hilang dan sengaja dihilangkan, serta perihal hak-hak asasi yang terabaikan, Dan keterpinggiran itu sendiri digambarkan dengan mendirikan rumah-rumah kardus didalam goa.

Penutup

Drama Sesak Pas Ciut pas, karya Genthong Has, memang sangat sulit dipahami dan dimengerti, untuk memahaminya harus membaca berulang kali baru bisa dipahami apa yang dimaksudkan oleh Genthong Has lewat karyanya itu. Namun, secara drama sesak pas ciut pas karya Genthong Has ini memang menarik untuk dibaca sebagai bahan renungan betapa memprihatinkan keadan Negara kita ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, 1995. Pengantar apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Damono, Sapardi Djoko.1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud

_______,2004. 23 Naskah Terbaik Lomba Mengulas Karya Sastra 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

_______, 2007. 26 Naskah Terbaik Lomba Mengulas Karya Sastra 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

_______,http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=911 (diakses tanggal 5 januari 2011)

_______, http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/08/ciut-pas-sesak-pas/ ( diakses tanggal 5 januari 2011)

____________________________________

SISWONDO, lahir di Ponorogo, 18 Nopember 1986, Mahasiswa STKIP PGRI PONOROGO Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

“Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur

أَسْتَغْفِرُ اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا * أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعَا * وَوَفِّقْنِي عَمَلاً صَالِحَا

ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ * يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ

عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ * ( يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ

Ngawiti ingsun nglaras syi’iran …. (aku memulai menembangkan syi’ir)

Kelawan muji maring Pengeran …. (dengan memuji kepada Tuhan)

Kang paring rohmat lan kenikmatan …. (yang memberi rohmat dan kenikmatan)

Rino wengine tanpo pitungan 2X …. (siang dan malamnya tanpa terhitung)

Duh bolo konco priyo wanito …. (wahai para teman pria dan wanita)

Ojo mung ngaji syareat bloko …. (jangan hanya belajar syari’at saja)

Gur pinter ndongeng nulis lan moco … (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)

Tembe mburine bakal sengsoro 2X …. (esok hari bakal sengsara)

Akeh kang apal Qur’an Haditse …. (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)

Seneng ngafirke marang liyane …. (senang mengkafirkan kepada orang lain)

Kafire dewe dak digatekke …. (kafirnya sendiri tak dihiraukan)

Yen isih kotor ati akale 2X …. (jika masih kotor hati dan akalnya)

Gampang kabujuk nafsu angkoro …. (gampang terbujuk nafsu angkara)

Ing pepaese gebyare ndunyo …. (dalam hiasan gemerlapnya dunia)

Iri lan meri sugihe tonggo … (iri dan dengki kekayaan tetangga)

Mulo atine peteng lan nisto 2X … (maka hatinya gelap dan nista)

Ayo sedulur jo nglaleake …. (ayo saudara jangan melupakan)

Wajibe ngaji sak pranatane … (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)

Nggo ngandelake iman tauhide … (untuk mempertebal iman tauhidnya)

Baguse sangu mulyo matine 2X …. (bagusnya bekal mulia matinya)

Kang aran sholeh bagus atine …. (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)

Kerono mapan seri ngelmune … (karena mapan lengkap ilmunya)

Laku thoriqot lan ma’rifate …. (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)

Ugo haqiqot manjing rasane 2 X … (juga hakikat meresap rasanya)

Al Qur’an qodim wahyu minulyo … (Al Qur’an qodim wahyu mulia)

Tanpo tinulis biso diwoco … (tanpa ditulis bisa dibaca)

Iku wejangan guru waskito … (itulah petuah guru mumpuni)

Den tancepake ing jero dodo 2X … (ditancapkan di dalam dada)

Kumantil ati lan pikiran … (menempel di hati dan pikiran)

Mrasuk ing badan kabeh jeroan …. (merasuk dalam badan dan seluruh hati)

Mu’jizat Rosul dadi pedoman …. (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)

Minongko dalan manjinge iman 2 X … (sebagai sarana jalan masuknya iman)

Kelawan Alloh Kang Moho Suci … (Kepada Alloh Yang Maha Suci)

Kudu rangkulan rino lan wengi ….. (harus mendekatkan diri siang dan malam)

Ditirakati diriyadohi … (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)

Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X … (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)

Uripe ayem rumongso aman … (hidupnya tentram merasa aman)

Dununge roso tondo yen iman … (mantabnya rasa tandanya beriman)

Sabar narimo najan pas-pasan … (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)

Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X … (semua itu adalah takdir dari Tuhan)

Kelawan konco dulur lan tonggo … (terhadap teman, saudara dan tetangga)

Kang podho rukun ojo dursilo … (yang rukunlah jangan bertengkar)

Iku sunahe Rosul kang mulyo … (itu sunnahnya Rosul yang mulia)

Nabi Muhammad panutan kito 2x …. (Nabi Muhammad tauladan kita)

Ayo nglakoni sakabehane … (ayo jalani semuanya)

Alloh kang bakal ngangkat drajate … (Allah yang akan mengangkat derajatnya)

Senajan asor toto dhohire … (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)

Ananging mulyo maqom drajate 2X … (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)

Lamun palastro ing pungkasane … (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)

Ora kesasar roh lan sukmane … (tidak tersesat roh dan sukmanya)

Den gadang Alloh swargo manggone … (dirindukan Allah surga tempatnya)

Utuh mayite ugo ulese 2X … (utuh jasadnya juga kain kafannya)

ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ * يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ

عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ * يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ

Semoga bermanfaat.

Selasa, 26 April 2011

Potret Realita Kritik Sosial Terhadap Penguasa
Dalam Drama Ciut Pas Sesak Pas Karya Genthong HSa

Pendahuluan
Tampaknya tidak dapat kita pungkiri pernyataan dari Sapardi Djoko Damono yang menyatakan bahwa sastra itu diciptakan untuk dinikmati,dipahami,dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebab melalui karya sastra kita mendapatkan banyak manfaat. Kita dapat menggali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, karena karya sastra sanggup mencerminkan kondisi masyarakat,melihat,dan memahami sosiokultural masyarakat pada zaman dan tempat tertentu melalui uraian ataupun perilaku dari tokoh-tokoh dalam sastra itu.
Sastra, apapun bentuknya, tercipta karena adanya tanggapan cipta,rasa, dan karsa manusia terhadap realitas atau kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya, yang diamati dan hayati. Oleh karena itu, kita dapat memahami dan mempelajari berbagai persoalan kemasyarakatan yang terdapat di dalam karya sastra itu.
Dari uraian di atas, tidaklah salah jika dikatakan bahwa karya sastra dapat dijadikan sebagai sumber untuk menggali informasi tentang berbagai keadaan dan persoalan di seputar kehidupan manusia. Melalui latar, tempat, dan budaya yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Dalam drama yang berjudul Sesak Pas Ciut pas karya Genthong HSa ini mengangkat masalah sosial masyarakat kita, yaitu mengkritisi berbagai wacana sosial di Indonesia, seperti masalah penggusuran, penindasan, terror,budaya latah media, dan pembelokan sejarah. Ciut pas sesak pas merupakan juara ketiga sayembara penulisan naskah drama nasional yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2003 lalu.

Realita Kritik Sosial Terhadap Penguasa
Seseorang : sepat……
Sepatuku hilang….., ada yang mau memberi
Sepatu…?(CPSP,188)

Kritik sosial dalam drama Ciut pas sesak ini di awali dengan cerita orang bingung karena kehilangan sepatunya, itu merupakan kritik kepada Negara kita, Negara sering kehilangan dana publik trilyunan rupiah,tidak banyak pejabat yang binggung, karena mereka bisa mencari lagi dari keringat rakyat. Kita tidak bicara materinya atau sepatunya, yang menarik ketika kita membaca situasi dan kondisi sosial yang ada di sekitar kita,adalah Kita petani, buruh, wiraswasta, PKL, abang becak, asongan dll.
Seseorang :(MEMBACA) Hilang sudah....,lenyap
Sudah..., pupus sudah... segala harapan...
Siapa... di zaman ini..., mau memberi...., mau
Membuang..., memberikan obat duka...., ke
Mana akan kucari...., alas kaki...., sepatuku...(CPSP, 204)

Dari kutipan diatas, itu menggambarkan bahwa seringkali kita kehilangan pijakan dalam menata masa depan, hingga kita ada dalam kondisi yang terjebak untuk mengakui kita buruh,kita konsumen,kita lemah,kita wong cilik,kita masih berkembang, dan lain-lain. Mana yang namanya Kedaulatan Rakyat yang seringkali kita baca dan dengarkan sejak Sekolah Dasar hingga kehabisan sekolah. Jangankan kita, negara kita saja juga seringkali kehilangan pijakan dalam menata kehidupan negara dan bernegara. Jika bicara negara, apa bedanya negara dengan kita negara adalah kita, negara adalah kedaulatan kita, kedaulatan kita diinjak-injak oleh kita dan selain kita.
Akhirnya Kita juga kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah kita. Petani kehilangan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah disektor pertanian, kehutanan dan perkebunan, Pedagang Kaki Lima (PKL) kehilangan kemampuan untuk menyelesaian soal ekonomi dimana mereka beraktivitas, dan perempuan kehilangan kemampuan untuk menyesaikan soal identitas mereka. Kita sudah terlanjur menyerahkan sepenuhnya penyelesaian-penyelesaian masalah kepada negara atau justru negara yang telah mengambil kemampuan-kemampuan tersebut dari kita sehingga kita tidak memilikinya lagi, padahal negara juga kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah negara dan bernegara, apa jadinya?, bukannya masalah selesai, tapi justru bermunculan masalah-masalah baru yang membebani rakyat yang terlanjur bermasalah dan kehilangan kemampuannya menyelesaikan masalah.
Yang terjadi pada saat ini, antara lain adalah kita hilang ingatan pada saat ingatan itu dibutuhkan untuk menemukan cara-cara kita menyelesaikan masalah secara bersama-sama.
Seseorang :Setiap orang harus menulis proses berpikir kita selama ini, bagaimana kita memutuskan untuk hidup didalam gua ini, bagaimana kita memutuskan untuk mengikat kaki, serta bagaimana hidup sederhana kita jalani bersama, bagaimana kita bersedia mati untuk mempertahankan milik kita yang terakhir, hak mendirikan karton di dalam gua kita (CPSP, 260)
Dari kutipan tersebut kita diajak berfikir,Apa kemudian yang bisa kita harapkan, ketika kita bersepakatan untuk mengikatkan diri dalam satu ikatan sosial-politik yang namanya negara, dan kemudian menyerahkan pengurusannya kepada yang namanya pemerintah ?. ’pekerja publik’ tidak jauh beda dengan ’pengusaha yang asal untung’. Malu …. malu … memalukan.
Seseorang :Memang benar, yang seharusnya malu tentu pemerintah kita…. Sedemikian besar dan kuat, serta pernah sedemikian menakutkan, tetapi, tidak menakutkan siapa-siapa, selain menakutkan bagi rakyatnya sendiri. Pencoleng dan bandit justru mendapat angin untuk bekerjasama dengan penguasa… celakanya, ketika rakyatnya digusur dan diusir sehingga berkeliaran bagai gelandangan dijalan-jalan, pemerintah tak mampu melindungi dan menolong rakyatnya. Betapa malunya pemerintah semacam ini…(CPSP, 274)

Dari kutipan tersebut, sangat jelas sebuah kritik terhadap pemerintahan (negara). dan Orang-orang yang terpinggirkan dan tertindas, digambarkan dengan posisi jogkok dan kaki yang terikat, tentang sejarah mereka yang hilang dan sengaja dihilangkan, serta perihal hak-hak asasi yang terabaikan, Dan keterpinggiran itu sendiri digambarkan dengan mendirikan rumah-rumah kardus didalam goa.

Penutup
Drama Sesak Pas Ciut pas, karya Genthong Has, memang sangat sulit dipahami dan dimengerti, untuk memahaminya harus membaca berulang kali baru bisa dipahami apa yang dimaksudkan oleh Genthong Has lewat karyanya itu. Namun, secara drama sesak pas ciut pas karya Genthong Has ini memang menarik untuk dibaca sebagai bahan renungan betapa memprihatinkan keadan Negara kita ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, 1995. Pengantar apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


Damono, Sapardi Djoko.1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud

_______,2004. 23 Naskah Terbaik Lomba Mengulas Karya Sastra 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

_______, 2007. 26 Naskah Terbaik Lomba Mengulas Karya Sastra 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

_______,http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=911 (diakses tanggal 5 januari 2011)


_______, http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/08/ciut-pas-sesak-pas/ ( diakses tanggal 5 januari 2011)

____________________________________
SISWONDO, lahir di Ponorogo, 18 Nopember 1986, Mahasiswa STKIP PGRI PONOROGO Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selasa, 01 September 2009

Sebuah Do’a

Malam
Terasa hidup
Batin
Ingin menangis
Menelusuri langkah-langkah hidup

Aku
Mati dalam tutur kata
Hati merasakan
Apa yang aku rasakan…..?
Malam kupetik sebuah kata-kata
Kurangkai jadi makna

Sebuah do’a
Yang kupanjatkan.
Semoga dia ingat selalu pada –NYA
Walau ingatan terhenti
Hingga malam menjemput mimpi

Romadhon,1430 H

Selasa, 28 Juli 2009

Karena cinta MU
Masih mampu aku mencintamu..
Masih sanggup aku mendekapmu..
Masih disini aku menunggumu..
Disini pula aku menantimu..

Inilah dunia..
Penuh dengan cobaan..

Mungkin aku salah..
Mungkin aku keliru..

Cintamu lah yang buat ku bahagia..
Cintamu lah yang buat ku mengerti dunia..
Kini aku merindumu..
Ingin selalu bersamamu..

Cintamu butakan hatiku..
Cintamu kaburkan pandanganku..
Segala tentang persaanku..
Hanya karna cintamu..
cinta ku hanya kepada MU sang khalik.............
ponorogo,29 juli 2009

Rabu, 20 Mei 2009

HANYA TUHAN KULIHAT

Di jalan di pasar Tuhan kulihat.
Di lembah dan gunung – hanya Tuhan kulihat.
Sering ia terlihat di sampingku dalam bencana.
Dalam senang dan keberuntungan – hanya Tuhan kulihat.
Waktu berdoa dan puasa, waktu sembahyang dan tafakur,
Dalam agama Rasulullah – hanya Tuhan kulihat.
Bukan jiwa atau tubuh, bukan kejadian atau hakekat.
Bukan sifat atau sebab, -- hanya Tuhan kulihat.
Kubuka mata dan dengan sinar wajah-Nya di sekelilingku
Yang terjumpa mata dalam segala – hanya Tuhan kulihat.

Seperti lilin aku lulu dalam nyala-Nya
Dalam kepungan api berkobar – hanya Tuhan kulihat.
Kulihat jelas dengan mata diriku
Namun bila kulihat dengan mata Tuhan – hanya Tuhan kulihat.

marilah kita bermukhasabah untuk tau bgaimana arti hidup ini.....?

Selasa, 12 Mei 2009

dosa.......

dosa
putih
menjadi
hitam

putih sulit
di perbuat

hitam mudah
sekali dilakukan

kenapa aku......
telah hitam.....

aku ingin.
jalan putih.....

ingatkan aku.......
.......?

9 mei 2009